PENDAHULUAN
Dongeng
Sangkuriang dalam berbagai versinya yang berkembang di masyarakat selalu
menampilkan Dayang Sumbi, wanita yang melahirkan Sangkuriang terlahir dari babi
dan ayahnya yang berupa anjing. Dongeng yang dihubungkan dengan mula
terbentuknya Lembah Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu ini sering ditafsirkan
sebagai bentuk peyoratif penolakan orang Sunda terhadap incest. Dongeng ini
paralel dengan mitos Oedipus dari Yunani yang diambil oleh Freud untuk
membangun teori Oedipus Complex-nya. Freud memang menegaskan bahwa mitos yang
mengungkapkan seorang tokoh yang membunuh ayahnya dan mengawini ibunya ini
muncul tidak hanya dalam satu kebudayaan saja. Juga terdapat banyak anggapan
bahwa dongeng ini adalah bentuk totemisme kebudayaan Sunda primitif sebelum
datangnya ajaran agama-agama. Tetapi gagasan ini mengidap kelemahan historis di
dalamnya. Bersamaan dengan pengadaptasian kisah Mahabharata dan Ramayana dalam
pewayangan berabad-abad lalu oleh para waliyullah dalam penyebaran agama Islam
di Tanah Jawa, mustahil bila sebuah dongeng yang melukiskan konstruk masyarakat
sangat primitif yang bertentangan dengan ajaran agama tetap dituturkan secara
lisan di berbagai tempat di Tatar Sunda yang telah memeluk agama Islam sejak
lama. Tak kurang dari seorang Haji Hasan Mustapa menyebut dongeng ini sebagai
kisah suluk. Sangkuriang dipenuhi dengan simbol-simbol yang demikian kaya dan
sepintas saling kontradiktif dalam dirinya itu, seperti babi dan anjing, air
seni sang raja, gunung dan lembah, taropong, tempurung kelapa, ayam jago, dan
boeh rarang. Hal itu menuntut kita untuk menolak dongeng itu secara keseluruhan
karena sama sekali tidak beresonansi dengan kesadaran atau memperlakukannya
sebagai wacana yang mengaktivasi ruang kecerdasan khusus. Vico, seorang filsuf
Italia telah mengutarakan pendapat yang dikembangkan oleh Levi-Strauss bahwa
masyarakat lampau memiliki suatu 'kebijakan-puitis' (sapienza poetica), di mana
mereka menyatakan cara pandangnya terhadap dunia lewat berbagai bentuk
metafisik metafora, simbol, dan mitos-mitos. Khasanah Sunda inilah yang akan
merekonstruksi konsep strukturalisme budaya dan hakikat kemanusiaan yang
membentuknya.
Semiotika,
Strukturalisme dan Logostrukturalisme Bahasa Sunda
Istilah
"semiotika" berakar dari bahasa Yunani, seme, semeion, juga
semeiotikos, yang berarti penafsir tanda-tanda, kurang lebih arti semiotika
adalah ilmu mengenai analisis tanda dan bagaimana sistem penandaan tersebut
berfungsi. Semiotika menyeruak ke permukaan sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mapan dan mengimbas banyak disiplin ilmu lainnya baru terjadi setelah para
murid dan kolega Ferdinand de Saussure (1857-1913) menerbitkan buku Cours de
Linguistique Générale secara anumerta pada tahun 1916 yang merupakan kumpulan
catatan kuliah yang pernah diberikannya.
Saussure
mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dyadic di mana sisi pertama
disebutnya dengan penanda (signifier), yaitu aspek material dari sebuah tanda
entah berupa tulisan, suara maupun objeknya itu yang membentuk impresi mental.
Sedang sisi keduanya adalah petanda (signified), yaitu abstraksi murni (pure
abstract) yang sepenuhnya berupa konsep. Satu hal lagi yang sangat penting
dalam kajian Saussure tentang tanda linguistik adalah sifat arbitrer yang
menyatukan penanda dan petanda dimana tak ada logika yang ketat, alasan pasti
yang menyatukan antara petanda dan penanda tak ubahnya dua permukaan kertas
(retro dan verso).
Problem
kearbitreran tanda Saussurian dapat disebabkan oleh dua hal berikut ini.
Pertama, tidak dimengertinya proses pencerapan objek, baik yang berupa suara
pengucapan dan tulisan pada kertas hingga terbentuk impresi mental yang berupa
penanda (signifier) dan kedua, yang prosesnya sama sekali tidak teraba oleh
semiotik, berupa pembentukan petanda (signified) yang berupa abstraksi murni.
Problem yang pertama ini berusaha didekati oleh Saussure dengan menekankan
aspek relasi dari elemen-elemen bahasa dalam suatu struktur, yang disebut
sinkroni, yang sekaligus menandai pergeseran studi linguistik dari yang semula
berorientasi pada perubahan elemen bahasa secara historis yang disebut
diakroni. Dia menganalogikannya sebagai memotong pohon yang benar adalah secara
melintang, bukan dari atas ke bawah. Dengan sinkroni, Saussure memperlihatkan
bahwa aspek pencerapan elemen-elemen bahasa bukan dipusatkan pada masing-masing
entitas bahasa tetapi pada relasinya dengan entitas yang lain. Ia membagi
relasi ini secara fundamental menjadi dua, yaitu di tingkat fonetik
(dicontohkan dengan coal/call) dan di tingkat fonemik (dicontohkan dengan
tin/kin). Dengannya perbedaan entitas-entitas bahasa disistematisasi dalam
kaidah oposisi biner sehingga makna-maknanya yang berbeda dapat dilekatkan.
Tetapi oposisi biner ini tetap saja menimbulkan kearbitreran petanda terhadap
penanda yang tak terselesaikan. Sejauh ini yang dapat disimpulkan hanyalah
bahwa perubahan fonetik dan fonemik yang unik dalam entitas-entitas suatu
struktur bahasa merupakan ciri dasar dari petandanya yang merupakan abstraksi
murni.
Di
sisi yang lain konsep oposisi biner yang konstruknya diinterpretasi terlampau
sederhana dan dapat ditemukan 'dengan mudah' pada entitas-entitas bahasa ini
telah mengundang kecurigaan Derrida bahwa proyek metafisika lama akan
dihidupkan kembali. Dalam periode yang cukup panjang metafisika barat telah
jatuh pada fundamentalisme dan membakukan serangkaian prinsip final yang
'membunuh subjek'. Bagi Derrida "Semua metafisikawan membentuk dari yang
asal, tampak sederhana, utuh, normal, murni, standar, dan mengenal diri. Demi
menyembuhkannya dari kecelakaan, penurunan, kesukaran, kemerosotan. Membuat
yang baik di depan yang buruk, positif di atas negatif, murni di atas najis,
sederhana di atas rumit, dan sebagainya. Ini bukan sekadar gejala metafisikal.
Di antara yang lain, ini keadaan darurat metafisika, prosedur paling konstan,
mendalam, dan kuat."
Dalam
hal di atas Derrida benar dan ia waspada terhadap penarikan kaidah metafisika
sederhana yang digeneralisasi dan seolah dapat menjelaskan setiap tanda. Tetapi
hingga kini Saussure sendiri belum pernah mengajukan satu contohpun tentang
petanda (signified) dari suatu tanda meski dengan gegabah ia menyimpulkan
pembentukannya sebagai arbitrer. Tidak pernah dapat dijelaskan misalnya, konsep
apakah yang menyebabkan pohon dapat diberi penanda (signifier) tree. Meski
kaidah oposisi biner ini bukanlah jawaban metafisika, cara-cara Derrida
menggoyahkannya secara liar hingga melepaskan keterpukauan orang pada tanda.
Pengertian bahwa nilai sebuah tanda ditentukan sepenuhnya dari perbedaannya
dengan tanda-tanda yang lain terwadahi dalam konsepnya yaitu différance. Namun
konsep tersebut juga menegaskan bahwa nilai sebuah tanda tidak dapat hadir
seketika. Nilainya terus ditunda (deffered) dan ditentukan – bahkan juga
dimodifikasi – oleh tanda berikutnya dalam satu aliran sintagma. Différance,
karena sifat alaminya, menolak setiap upaya untuk menghentikan alirannya.
Derrida seolah hendak mencegah siapapun pada proyek-proyek pencarian penanda
(signified) yang sejak semula memang telah dianggap arbitrer, dan bahkan kaidah
oposisinya sendiri dengan segera hanyut dalam aliran sintagma.
Dekonstruksi
radikal yang ditawarkan oleh Derrida sebenarnya hanyalah untuk membuat
batas-batas pengaman yang kokoh dari daya khayal yang menyeruak di dalam benak
setiap kali pikiran kita dibanjiri oleh persepsi indrawi. Setiap saat hal itu
terjadi maka kaidah filsafat, ideologi dan prinsip kategorisasi apapun menjadi
tak berarti; dan daripada menimbulkan keterpukauan, ia lebih baik
didekonstruksi. Konsep yang menjadi penanda, yang lebih baik tetap tak
terungkapkan daripada diungkapkan secara arbitrer itu, semestinya tetap menjadi
bagian dari 'logos'-nya Plato. Dalam The Republic, Plato menjelaskan bahwa
'logos', dipadukan dengan 'musike', sebagai satu-satunya penjaga yang aman
untuk 'arete'. Padahal kita tidak akan mendapatkan gambaran yang utuh tentang
ketiganya bila tidak menyelidik langsung ke teks asli dimana istilah tersebut
dikonseptualisasi.
Aretè
yang sering diterjemahkan menjadi kebajikan (virtue) yang digunakan dalam
bentuk tunggal maupun plural. Aretè berarti menjadi baik pada sesuatu, dan
adalah sudah lumrah apabila orang Yunani bertanya "aretè dari apa atau
siapa?" yang secara sepintas seringkali dipahami orang sebagai
'efisiensi'. Pada abad kelima muncul para guru Sofis yang juga mengajarkan
aretè namun belum dalam pengertian etis sebagaimana yang dikemukakan oleh
Socrates, Plato, ataupun Aristoteles, dimana mereka merubahnya menjadi kata
sifat anthropine yaitu sebuah keunggulan yang dimiliki oleh setiap manusia
dalam kehidupannya. Namun mereka pun menekankan bahwa pada kenyataannya
kebanyakan manusia tidak mengetahui aretè tersebut, dan oleh karena itu manusia
harus mencari serta menemukan ergon (amal)-nya sehingga manusia dapat
mengetahui apa keunggulannya di muka bumi ini.
Socrates
dan Plato, misalnya, menegaskan bahwa hanya segolongan orang saja yang harus
ditugaskan untuk melakukan perang, yaitu para hylakes (dalam bahasa Yunani yang
berarti penjaga-penjaga), yang dipilih hanya berdasarkan "bakat"
tanpa mempertimbangkan asal-usul keturunan, menunjukkan eksistensi kemisian
yang unik, yang dikenal sebagai aretè dan hanya dapat diketahui secara utuh
bersamaan dengan pencapaian eudaimonia. Keunikan misi hidup ini diilustrasikan
dengan indah oleh Plato dalam definisinya tentang keahlian seorang negarawan
dengan seorang tukang tenun. Menurut Plato, tugas seorang negarawan sebagaimana
halnya tukang yang menenun benang wol menjadi sehelai kain, adalah bertugas
menenun, atau menciptakan keselarasan yang harmonis, di antara semua keahlian
lain di dalam negara. Secara implisit Plato hendak menunjukkan bahwa dimanapun
jalur kemisian hidup seseorang dijalankan, pada hakekatnya tak ada satupun yang
dapat dianggap lebih utama dibanding yang lain. Dalam hal ini kata aretè ini
dapat dipadankan dengan dharma yang ada dalam agama Hindu.
♥ ♠ ♦ ♣ LEGENDAQQ. NET ♥ ♠ ♦ ♣
ReplyDeleteKami Hadirkan Permainan Baru 100% FAIR PLAY Dari Legendaqq. Net. :) 1 ID Untuk 8 Games :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
- Bandar 66
Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaQQ. Net. info Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^ Keunggulan LegendaQQ.Net :
- Tingkat Persentase Kemenangan Yang Besar
- Kartu Anda Akan Lebih Bagus
- Bonus TurnOver Atau Cashback Di Bagikan Setiap 5 Hari
- Bonus Referral Dan Extra Refferal Seumur Hidup
- Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20.000,-
- Tidak Ada Batas Untuk Melakukan Withdraw/Penarikan Dana
- Pelayanan Yang Ramah Dan Memuaskan
- Dengan Server Poker-V Yang Besar Beserta Ribuan pemain Di Seluruh Indonesia,
- LegendaQQ. Net Pasti Selalu Ramai Selama 24 Jam Setiap Harinya.
- Permainan Menyenangkan Dengan Dilayani Oleh CS cantik, Sopan, Dan Ramah.
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At LegendaQQ. Net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : 2AE190C9
- Facebook : Legendaqq
Link Alternatif :
- www.legendaqq(dot)net
- www.legendaqq(dot)org
- www.legendapelangi(dot)com
NB : untuk login android / iphone tidak menggunakan www dan spasi ya boss ^_^